Sabtu, 19 Mei 2018

JUAL BELI ONLINE MENURUT FIQH MUAMALAH

JUAL BELI ONLINE MENURUT FIQH MUAMALAH
Ainun Najib
2021116346
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan
Institusi Agama Islam Negeri Pekalongan

Abstrak
Jual beli tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, jual beli dari perekembanganya mengalami perkembangan sistem yang pesat dimana dulu harus bertemu langsung namun kini terdapat sistem baru yaitu jual beli online yang dapat melakukan transaksi secara online tanpa harus bertemu antara penjual dan pembeli. Adanya jual beli online ini memudahkan bagi pembeli untuk memenuhi kebutuhanya secara efisien dan efektif. Namun dalam keseluruhanya jual beli masih mengalami pro dan kontra terutaa dipandang dari segi fiqh sendiri maka disini akan dibahasa hukum transaksi jual beli online menurut fiqh muamalah.

Kata Kunci    : Jual Beli, Online, Fiqh, Hukum, Rukun, Syarat, pembagian, Dilarang, Islam.


PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari – hari tentunya kita tidak akan pernah terlepas dari mengkonsumsi sesuatu, entah itu bentuk makanan, barang , ataupun pakaian, dari yang primer hingga tersier, dalam konsumsi tersebut tentunya barang ataupun sesuatu yang dikonsumsi memiliki hak dan pemilik, dimana jika tidak ada aturan dan ikatan yang sah dalam konsumsi tersebut tentunya akan rusak dan hancurnlah dunia ini karena manusia akan semaunya saja menuruti hawa nafsunya. Islam ialah agama yang rahmatan lil alamin, tentunya islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia terutama dalam muamalah, yang kaitanya dengan manusia, adanya muamalah ini mengharuskan membentuk aturan untuk kegiatan konsumtif dalam peraturan yang disebut akad dan jual beli, ditujukan untuk mengenal, mengetahui, mendalami apa itu jual beli online dan bagaimana seluk beluknya, di zaman milenial ini dimana penggunaan teknologi semakin manjadi kebutuhan.

KAJIAN TEORI
1.    Definisi Jual Beli
Nasrun Haroen (2007: 111) menyatakan bahwa walaupun dalam bahasa Arab kata jual (البيع) dan kata beli (الشراء) adalah dua kata yang berlawanan artinya, namun orang-orang Arab biasa menggunakan ungkapan jual-beli itu dengan satu kata yaitu البيع. Untuk kata الشراء sering digunakan derivasi dari kata jual yaitu ابتاع.
Secara arti kata البيع dalam penggunaan sehari-hari mengandung arti “saling tukar” atau tukar menukar. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat kata باع dan derivasinya dengan maksud yang sama dengan arti bahasa. Secara terminologi jual-beli diartikan dengan “tukar menukar harta secara suka” atau “peralihan pemilikan dengan cara penggantian menurut bentuk yang dibolehkan.”

2.    Landasan dan Hukum Jual Beli
Jual-beli merupakan tindakan atau transaksi yang telah disyari’atkan dalam arti telah ada hukumannya yang jelas dalam Islam. Hukumnya adalah boleh (جواز) atau (الاباحة). Menurut Abdul Rahman dkk (2010 : 65) kebolehan jual beli dapat ditemukan dalam Al-Qur’an dan begitu pula dalam hadits Nabi. Adapun dasarnya daam Al-Qur’an di antaranya adalah pada surat al-Baqarah ayat 275:
واحل الله البيع وحرم الربا
Artinya: Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba
      
Sedangkan dasarnya dalam hadits Nabi adalah yang berasal dari Rufa’ah bin Rafi’ menurut riwayat al-Bazar yang disahkan oleh al-Hakim:
ان الني صلى الله عليه وسلم سئل اى الكسب اطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرو
Artinya : Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. telah pernah ditanya tentang usaha apa yang lebih baik; Nabi berkata: “Usaha seseorang dengan tangannya dan jual beli yang mabrur”.

Dalam hadits Nabi tersebut dimasukkan jual-beli itu kedalam Menurut Amir (2003 : 192 - 194) mengutarakan bahwa jual beli ialah usaha yang lebih baik dengan catatan “mabrur” yang secara umum diartikan atas dasar suka sama suka dan bebas dari penipuan dan pengkhianatan. Ini merupakan prinsip pokok dari suatu transaksi.

3.    Rukun dan Syarat Jual Beli
a.  Rukun Jual beli
1)   Rukun jual beli menurut ulama Hanafi
a)    Rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab.
b)   Yang paling prinsip dalam jual beli adalah saling ridha yang diwujudkan dengan kerelaan untuk saling memberikan barang.
c)    Jika telah terjadi ijab, jual beli dianggap telah berlangsung (pasti ada aqidain, obyek jual beli dan nilai tukarnya).
2)   Rukun Jual beli menurut Jumhur Ulama
a)    Orang yang berakad (penjual dan pembeli).
b)   Shighat (ijab qabul).
c)    Barang yang dibeli.
d)   Nilai tukar pengganti barang.
b.    Syarat Jual beli
1)   Menurut Amir Syarifudin (2003 : 201 – 203) syarat yang berkaitan dengan pelaku jual beli ialah :
a)    Berkemampuan memilih
b) Aqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan seorang diri. Minimal dilakukan dua orang, yaitu pihak penjual dan pembeli.
c)    Ahli akad atau aqid baligh
Menurut ulama Hanafiyah, seorang anak yang berakal dan mumayyiz (berumur tujuh tahun, tetapi belum baligh) dapat menjadi ahli akad. Ulama Malikiyah dan Hanabaliah berpendapat bahwa akad anak mumayyiz bergantung pada seizin walinya. Menurut Syafi’iyah, anak mumayyiz yang belum baligh tidak boleh melakukan melakukan akad sebab ia belum dapat menjaga agama dan hartanya (masih bodoh).
2)   Syarat yang berkaitan dengan objek
a)    Bersihnya barang
b)   Dapat dimanfaatkan
c)    Milik orang yang melakukan akad (hak milik sendiri)
d)   Mampu menyerahkannya (memberikanya)
e)    Mengetahui
f)    Barang yang diakadkan ada di tangan (harus dapat menunjukanya)
3)   Menurut Sayyid Sabiq (1987 : 48 – 49) syarat yang berkaitan dengan akad jual beli adalah sebagai berikut : 
a)    Dilakukan dalam satu majelis (tidak harus dalam satu tempat, tetapi  satu situasi dan satu kondisi, meskipun antara keduanya berjauhan, tetapi membicarakan objek yang sama).
b)   Qabul sesuai dengan ijab
4)   Syarat terlaksananya akad jual beli
Syarat terlaksananya akad (Nafadz).
a)    Benda dimliki aqid atau berkuasa untuk akad.
b)   Pada benda tidak terdapat milik orang lain.
Maka tidak boleh menjual barang sewaan atau barang gadai, karena barang tersebut bukan milik sendiri, kecuali dizinkan oleh pemilik sebenarnya, yakni jual-beli yang ditangguhkan (mauquf).

4. Bentuk-Bentuk Jual Beli
Ulama hanafiyah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk, yaitu:
a.    Jual beli yang sahih
Suatu jual beli dikatakan sebagai jaul beli yang sahih apabila jual beli itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan; bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi.
b.    Jual beli yang batal
Jual beli dikatakan sebagai jual beli yang batal apabila salah satu atau seluruh rukunya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyariatkan, seperti jual beli yang dilakukan anak-anak, orang gila, atau barang barang yang dijual itu barang yang diharamkan syara’, seperti bangkai darah, babi, dan khamar. Jenis-jenis jual beli yang batil adalah :
1)   Jual beli sesuatu yang tidak ada
2)   Menjual barang yang tidak boleh diserahkan pada pembeli.
3)   Jual beli yang mengandung unsur penipuan.
4)   Jual beli benda-benda najis
5)   Jual beli al-‘arbun
6) Memperjual belikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak boleh dimiliki seseorang.
7)   Jual beli yang menimbulkan kemudharatan
8)   Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram
9)   Jual beli bersyarat
c.  Fasid yaitu jual beli yang secara prinsip tidak bertentangan dengan syara’ namun terdapat sifat-sifat tertentu yang menghalangi keabsahannya.

5.    Pembagian Jual Beli
Berdasarkan nafadz dan waqaf (penagguhan), jual beli terbagi dua :
a.    Jual-beli Nafidz
Jual-beli yang dilakukan oleh orang yang telah memenuhi syarat dan rukun jual-beli sehingga jual-beli tersebut dikategorikan sah.
b.    Jual-beli mauquf.
Jual-beli yang dilakukan oleh orang yang tidak memenuhi persyaratan nafadz, yakni bukan milik dan tidak kuasa untuk melakukan akad, seperti jual-beli fudhul (jual-beli beli milik orang lain tanpa ada izin). Jika pemiliknya mengizinkan jual-beli fudhul dipandang sah. Sebaliknya, jika pemilik tidak mengizinkan dipandang batal.

6.    Jual beli yang di larang oleh Islam
Menurut Amir Syarifudin, ( 2003 : 201-209) jual beli yang dilarang oleh islam diantaranya adalah sebagai berikut:
a.    Jual beli gharar (الغرر)
Jual beli gharar adalah jual beli yang mengandung unsur-unsur penipuan dan pengkhianatan, baik karena ketidak jelasan dalam objek jual-beli atau ketidak pastian dalam cara pelaksanaanya. Hukum jual beli ini adalah haram. Dasar haramnya adalah hadits Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلمعن بيع الحصاة وعن بيع الغرر
Nabi Muhammad SAW. melarang jual-beli hushah dan jual beli gharar.
b.    Jual beli mulaqih (الملا قيح)
Jual beli mulaqih adalah jual beli yang barang yang menjadi objeknya hewan yang masih berada dalam bibit jantan sebelum bersetubuh dengan yang betina. Yang menjadi dsar terlarangnya jual beli ini adalah hadits Nabi dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh al-Bazzar:
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم نهىعن بيع   المضامين والملا قيح
Sesungguhnya Allah SAW. telah melarang jual beli mudhamin dan mulaqih.
c.    Jual beli mudhamin (المضامين)
Jual beli al-mudhamin adalah transaksi jual beli yang objeknya adalah hewan yang masih berada dalam perut induknya. Yang menjadi dasar haramnya jual beli ini adalah hadits Nabi yang telah dikutip diatas.
d.   Jual beli muhaqalah (المحاقلة)
Jual beli muhaqalah adalah jual beli buah-buahan yang masih berada di tangkainya dan belum layak untuk dimakan. Hukum jual beli ini adalah haram. Dasar haramnya jual beli ini adalah hadits Nabi yang berasal dari Jabir bin Abdullah menurut perawi hadits selain Ibnu Majah dan disahkan oleh al-Tirmidzi yang berbunyinya:
ان النبى صلى الله عليه وسلم نهى عن المحاقلة والمخابرة وعي الثنيا
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW.melarang jual beli muhaqalah, muzabanah, mukhabarah dan tsunaiya.
e.    Jual beli munabazah (المنابذة)
Jual beli munabazah diartikan dengan mempertukarkan kurma yang masih basah dengan yang sudah kering dan mempertukarkan anggur yang masih basah dengan yang sudah kering dengan menggunakan alat ukur takaran. Haram jual beli bentuk ini adalah haram sedangkan dasat haramnya adalah hadits Nabi yang di kutip (no.5) di atas.
f.     Jual beli urban (العربان)
Jual beli urban diartikan dengan “jual beli atas suatu barang dengan harga tertentu, di mana pembeli memberikan uang muka engan catatan bahwa bila jula beli jadi dilangsungkan akan membayar dengan harga yang telah disepakati, namun, kalau tidak jadi, uang muka untuk penjual yang telah menerimanya lebih dahulu.” Jual beli dalam bentuk ini hukumnya haram. Dasar haramnya dalah hadits Nabi dari Amru bin Syu’eb menurut riwayat Malik yang mengatakan:
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بيع العربان
Sesungguhnya Rasul Allah SAW. melarang jual beli ‘urban
g.    Jual beli talqi rukban (تلقى الركبان)
Yaitu jual beli setelah ia pembeli datang menyongsong penjual sebelum dia sampai di pasar dan mengetahui harga pasaran. Cara jual beli ini dilarang berdasarkan hadits Nabi dari Thawus dari Ibnu Abbas menurut riwayat yag muttafaq alaih:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لاتلقوا الركبان ولا بيع حاضرة لباد
Rasul Allah SAW. bersabda: “Janganlah kamu menyongsong penjual dan jangan pula prang kota membeli dari orang dari pedesaan.”
h.    Jual beli orang kota dengan orang desa (بيع حاضرلباد)
Yang dimaksud di sini adalah orang pasar yang telah mengetahui harga pasaran menjual barangnya kepada orang desa yang baru datang dan belum mengetahui harga pasar. Larangan tentang jual beli bentuk ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas (no.13). hukumnya adalah haram.
i.      Jual beli musharrah (المصرة)
Musharrah itu asalnya adalah hewan ternak yang diikat puting susunya sehingga kelihatannya susunya itu banyak. Ini dijual supaya dibeli orang dengan harga yang lebih tinggi. Jual beli dalam bentuk dan cara ini dilarang oleh Nabi dengan hadits dari Abu Hurarirah menurut riwayat yang muttafaq’ ‘alaih sabdanya:.
لاتصروا الاء بل والغنم فمن ابتاعها فهو بخير النظرين بعد ان يحلبها ان شاء امسك وان شاء ردها وصاعا من تبر
Jangan kamu mengikat susu unta atau kambing. Siapa yang membelinya, dia boleh memilih sesudah dipercaya. Bila dia suka boleh dia mengambilnya dan bila dia tidak mau, harus dikembalikan berikut satu sha’ kurma.
j.      Jual beli Shubrah (الصبرة)
Jual beli shubrah ialah jual beli barang yang di tumpuk yang mana bagian luar yang kelihatan lebih baik dari bagian dalam. Larangan jual beli dalam bentuk ini berdasarkan kepada hadits Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مر على صبرة من طعام فاءدخل يده فيها فنالت اصابعه بللا فقال ما هذا ياصاحب الطعام ˁ قال اصابته السماء يارسول الله ˓ قال: افلا جعلته فوق الطعام كى يراه الناس˓ من غش فليس مني
Sesungguhnya Rasul Alah SAW. pernah lalu dekat setunpukan makanan, lalu dimasukkannya tangannya ke dalam tunpukan tersebut. Ditemukannya di dalam basah. Beliau berkata:”Ada apa ini hai penjual makanan?” Penjual berkata:”Itu dikenai hujan ya Rasul Allah”Nabi berkata:”Kenapa yang basah itu tidak kamu letakkan di atas supaya dilihat oleh pembeli?, siapa yang menipu tidaklah termasuk umatku.”       
7       7.      Hikmah Jual Beli
            Allah Subhanahu Wa Ta’ala mensyariatkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan keleluasaan kepada hamba-hamba-Nya, karena semua manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, dan papan.Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup. Tak seorang pun dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri, karena itu  manusia di tuntut berhubungan satu sama lainnya.
      Dalam hubungan ini, tak ada satu hal pun yang lebih sempurna dari pada saling tukar,dimana seorang memberikan apa yang ia miliki untuk kemudian ia memperoleh sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Serta kehidupan konsumtif  menjadi lebih teratur dan dinamis.

PEMBAHASAN
1.    Jual Beli Online
Jual beli online ialah metode pembelian barang atau sesuatu yang oleh penjual dan pembeli yang dilakukan melalui internet atau media elektronik yang terjadi akad tidak bertemu secara langsung namun saling meridhai satu sama lain.
Sistem jual beli online memiliki skema sebagai berikut :

Pembeli memesan di website penjual barang > Pembeli memilih barang dan menegaskan pilihanya dengan klik ok >  pembeli menstransfer sejumlah uang pada rekening penjual sesuai harga yang ditawarkan (terjadi ijab dan kabul namun tidak secara langsung, pembeli meridhai harga yang di tetapkan penjual) – uang diterima penjual melalui rekening > penjual mengirimkan barang pada pembeli sesuai alamatnya >  barang sampai pada pembeli

2.    Jual beli online dari sudut pandangan fiqh
Jual beli online dilihat dari transaksinya telah memenuhi beberapa syarat yaitu :
1.    Terdapat barang yang dijual dan milik penjual
2.    Terdapat penjual dan pembeli
3.    Terdapat ijab dan kabul
4.    Pembeli berkemampuan memilih dan membayarnya
5.    Mampu menyerahkanya
Dilihat dari segi syarat diatas jual beli online menurut landasanya menganut paham rukun dari ulama hanafiyah yang mengatakan bahwa :
“Rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab. Yang paling prinsip dalam jual beli adalah saling ridha yang diwujudkan dengan kerelaan untuk saling memberikan barang. Jika telah terjadi ijab, jual beli dianggap telah berlangsung (pasti ada aqidain, obyek jual beli dan nilai tukarnya).”
Senada dengan paparan kajian teori diatas, maka dari segi rukun jual beli, jual beli online telah memenuhi rukun akad jual beli itu sendiri. Adapun berkaitan dengan syarat maka ada beberapa syarat dari jual beli :
1.    Syarat yang berkaitan dengan pelaku
a.    Berkemampuan memilih
b.    Aqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan seorang diri. Minimal dilakukan dua orang, yaitu pihak penjual dan pembeli.
c.    Seorang mukhalaf (orang dewasa) dan berakal.
2.    Syarat yang berkaitan dengan objek
a.    Bersihnya barang
b.    Dapat dimanfaatkan
c.    Milik orang yang melakukan akad (hak milik sendiri)
d.   Mampu menyerahkannya (memberikanya)
e.    Barang yang diakadkan ada di tangan (dalam jual beli online benda terdapat pada toko yang memberikan gambar detail dari barang yang ditawarkan)
3.    Syarat yang berkaitan dengan akad jual beli
Menurut sayyid sabiq (2003 : 48 - 49) syarat yang  berkaitan dengan akad jual beli ialah :
a.    Dilakukan dalam satu majelis (tidak harus dalam satu tempat, tetapi  satu situasi dan satu kondisi, meskipun antara keduanya berjauhan, tetapi membicarakan objek yang sama).
b.    Qabul sesuai dengan ijab.
Dilihat dari paparan syarat jual beli online telah memenuhinya, maka hukum dari jual beli online diperbolehkan dengan syarat. Yang akan dibahas pada hukum transaksi jual beli.
3.    Hukum transaksi jual beli online
a.       Mubah
Dasarnya ialah kaidah ushul fiqh sendiri yang berbunyi “Segala sesuatu itu boleh kecuali ada dalil yang mengharamkanya” sedangkan di dalam nash tidak ada dalil yang mengharamkanya maka hukumnya mubah karena pada dasarnya sistem jual beli online ini baik dan mendatangkan manfaat yaitu memudahkan masyarakat untuk membeli terutama jika barang itu tidak ada di dekat wilayahnya, lebih efisien dalam waktu dan tenaga.
b.      Makruh
Dasar hukumnya ialah syarat dan rukun jual beli itu sendiri dimana antara penjual dan pembeli haruslah saling ridha dan saling mempercayai. Makruh jika : pembeli meragukan kepercayaan penjual, dan meragukan kondisi barang, ragu – ragu dalam memilih barang, dan membatalkan perjanjian setelah barang sampai.
c.       Haram
Dasar hukumnya ialah mengandung unsur-unsur penipuan dan pengkhianatan, baik karena ketidak jelasan dalam objek jual-beli atau ketidak pastian dalam cara pelaksanaanya. Hukum jual beli ini adalah haram. Dasar haramnya adalah hadits Nabi dari Abu Hurairah menurut riwayat Muslim:
نهى رسول الله صلى الله عليه وسلمعن بيع الحصاة وعن بيع الغرر
 Nabi Muhammad SAW. melarang jual-beli hushah dan jual beli gharar.
Dikatakan haram jika : pembeli melakukan penipuan alamat, dan penjual tidak mengirim barang yang dipesan pembeli, serta barang yang  dikirimkan penjual tidak sama dengan apa yang dipesan oleh pembeli.
        Sedangkan menurut Yulia Kurniaty dan  Heni Hendrawati (2015 : 71) dalam jurnalnya ia menerangkan bahwa jual beli melalui melalui media online adalah sah menurut syara‟ (hukum Islam) sepanjang memenuhi empat kriteria yaitu :
  1. Pertama Sighat al- aqad (Ijab qabul) berupa tindakan nyata (perbuatan konkrit berupa meng-klik tombol ”OK”) berarti ada kerelaan pihak buyer untuk terikat pada ketentuan tata cara pembelian, pembayaran dan pengiriman barang, disamping itu ada tindakan nyata dari pihak merchant untuk memproses order yang diminta pihak buyer. 
  2. Kedua, Mahallul aqad (obyek perjanjian) dapat berwujud apa saja kecuali asal barangnya (dzatnya) haram sehingga diharamkan, misalnya khamr, makanan yang mengandung daging babi, darah, hewan yang diawetkan sebagai pajangan. 
  3. Ketiga, Al - aqidaian (pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian) haruslah mukhallaf (aqil baligh, berakal, sehat, dewasa/bukan mumayyid dan cakap hukum). 
  4. Keempat, Maudhu‟ul „aqd (tujuan kontrak dan akibatnya) yaitu kewajiban buyer untuk membayar harga yang telah ia setujui dan kewajiban merchant mengirim barang yang telah di order oleh buyer dalam kondisi baik dan tanpa cacat, bebas dari penipuan (tadlis) dan tipu muslihat (taghir).

PENUTUP
Transaksi jual beli online hukumnya diperbolehkan. Namun untuk menghindari mafsadah dan mudarat maka hendaknya pembeli dan penjual harus berkomitmen dalam melakukan hak dan kewajiban masing – masing dalam melaksanakan jual beli ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12-13-14,1987( Bandung: PT. Al-Maarif,) 

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, 2003 (Bogor: Kencana)

Yulia Kurniaty & Heni Hendrawati,  Jual Beli Online Dalam Perspektif Hukum Islam, 2015 (Jurnal Transformasi Vol.11 No.1)

Abdul Rahman, Fiqh Muamalat , 2010, ( Jakarta : Prenada Media Group)

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat,  2007, (Jakarta: Gaya Media Pratama)

19 komentar:

  1. MaasyaaAllaah bermanfaat sekali kajian fiqih nya, dan tampilan blog sudah cukup menarik. Kalau boleh tau kok ada kajian teori? Apa memang jurnal non penelitian didalamnya termuat kajian teori? Karena setahu saya langsung masuk bab pembahasan. Terimakasih atas jawabannya dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca terutama saya yang masih dalam tanda tanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih komentarnya. Untuk kajian teori memang sengaja saya masukan karena saya buatnya jurnal ilmiah mbak. Jadi ada teorinya dulu sebelum membuat keputusan dikarenakan bukan sebuah pembahasan biasa juga maka adanya teori itu untuk landasan pembuat keputusan atau simpulan.

      Hapus
  2. MasyaAllah sangat bermanfaat ini isinya
    Tapi ini jurnalnya sengaja memakai footnote atau gimana mas? Setau saya ketentuan tugasnya tidak boleh memakai footnote. Atau saya yg salah dengar?
    Over all, buagus aselik. Ditunggu kajian fiqh selanjutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saran dan komentarnya. Sudah saya perbaiki mbakm hehehem maaf2 karena kurang jeli dalam mengedit. Thanks you very much

      Hapus
    2. Terimakasih komentarnya. Untuk kajian teori memang sengaja saya masukan karena saya buatnya jurnal ilmiah mbak. Jadi ada teorinya dulu sebelum membuat keputusan dikarenakan bukan sebuah pembahasan biasa juga maka adanya teori itu untuk landasan pembuat keputusan atau simpulan.Jadi saya sendirikan agar menjadi panduan di pembahasan

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. good job. semoga bermanfaat.
    saya tunggu hasil tulisan selanjutnya.
    good luck

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih komentar dan pendapatnya. Aamiin

      Hapus
  5. Catatan: artikelnya tdk memamaki inote
    Pembahasannya.
    Dan bukannya pembahasan itu sudah masuk kedalam kajian teori ya?
    Tapi secara isi sudah bagus. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih komentarnya. Untuk kajian teori memang sengaja saya masukan karena saya buatnya jurnal ilmiah mbak. Jadi ada teorinya dulu sebelum membuat keputusan dikarenakan bukan sebuah pembahasan biasa juga maka adanya teori itu untuk landasan pembuat keputusan atau simpulan.

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Bermanfaat sekali dapat menambah wawasan. Isi artikelnya sudah bagus. Hanya saja pada artikel anda sedikit terlihat kurang rapi menurut saya hendaknya dalam penulisan di rata kanan-kiri agar terlihat rapi. Juga ada kesalahan dalam penulisan daftar pustaka pada artikel anda. Tapi secara keseluruhan bagus. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih komentarnya.akan saya coba perbaiki . sangat bermanfaat aamiin

      Hapus
  8. Sangat menginspirasi.
    Perlu kita ketahui seiring berkembangnya zaman. Dan semakin canggih pula segala (iptek/ilmu pengetahuan dan teknologi), dari yang sebelumnya sulit di temukan, sulit dikaji, dan sulit untuk di dapatkan, namun apalah daya di era globalisasi yang semakin canggih bisa kita dapatkan dengan melalui cara yang sangat mudah dan praktis. Salah satu bentuk kecanggihan dari teknologinya adalah,(Deged/Hp android).
    Kita sebagai penerus bangsa patutlah mensyukuri atas apa yang di karuniakan oleh Allah swt. Namun disisi lain, kita harus bisa memilih mana yang menjadi haq dan yang batil.
    Karena di sisi kelebihan pasti ada kekurangan, dan di sisi positif pasti ada sisi negatifnya.
    Maka berhati-hatilah dalam bertindak.
    Agar kita senantiasa mendapatkan keberkahan dan perlindungan dari Allah swt.
    Terimakasih telah memberikan pengetahuan dan pembelajaran.
    Semoga mendapatkan keberkahan.
    Semangat, saya tunggu karya tulisan berikutnya.
    Good luck :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak jaul atas komentarnya. Semoga bermanfaat juga untuk semua. Aamiin. Semoga panjenengan juga

      Hapus
    2. Sudah bagus artikelnya dan bermanfaat sekali. Saya mau bertanya, bagaimana menurut anda mengenai kasus pembunuhan dalam pelaksanaan COD an. Karena kemarin baru saja ada kasus pembunuhan dalam proses COD an

      Hapus
    3. Terimakasih. Menurut saya kalau itu adalah kejahatan yang termasuk perampokan berkedok jual beli. Nah itu juga menjadi koreksi dan alarm untuk para pelaku jual beli agar ketika memilih cod untuk cari yang aman jangan di jalan raya dll. Lebih baik dirumah masing2 atau rumah penjual. Kemudian juga jangan dtempatsepi dan jam malam. Sekian. Waspada

      Hapus
    4. Sangat bermanfaat sekali bagi semua orang, khususnya bagi orang2 awan
      good luck

      Hapus
    5. Aamiin terima kasih mbak zulfa

      Hapus